Beberapa bulan yang lalu, berbagai perusahaan startup ternama di Indonesia, seperti JD.ID, LinkAja, dan Zenius, melakukan PHK besar-besaran pada ratusan karyawannya. Bahkan yang terbaru, perusahaan e-commerce raksasa Shopee juga dikabarkan akan melakukan hal serupa untuk merasionalisasi bisnis e-commerce nya. Banyak orang sontak mengaitkan hal ini dengan fenomena Bubble Burst.
Apa itu Bubble Burst?
Bubble Burst (dotcom bubble) merupakan istilah atau sebutan untuk sebuah fenomena pertumbuhan ekonomi yang pesat, ditandai dengan naiknya nilai pasar secara cepat. Peristiwa ini mengguncang industri internet tahun 1990-an. Bubble Burst (dotcom bubble) merupakan peristiwa besar yang mengguncang industri internet tahun 1990-an. Saat itu pertumbuhan internet membuat bursa saham di negara industri naik secepat kilat. Sayangnya, hal ini tidak diikuti dengan kesuksesan perusahaan sehingga banyak perusahaan yang sebelumnya sukses dengan cepat tiba-tiba mengalami penurunan yang juga cepat.
Menurut ekonom Hyman P.Minsky, terdapat 5 tahap dalam fenomena Bubble Burst ini.
1. Perpindahan
Pada tahap ini, investor atau masyarakat mulai tertarik terhadap suatu penemuan baru. Penemuan ini biasanya dalam bentuk teknologi. Contohnya, seperti ditemukannya internet atau inovasi Metaverse.
2. Booming
Tahap booming ditandai dengan kenaikan harga setelah munculnya inovasi baru karena tingginya perhatian dan minat pasar. Biasanya, inovasi baru tersebut akan banyak disorot oleh media.
3. Euforia
Seiring dengan meroketnya harga aset, pasar pun mengurangi kewaspadaan. Harga aset yang terus naik membuat pasar percaya bahwa inovasi ini akan terus berkembang ke depannya. Contohnya, saat terjadi puncak gelembung properti di Jepang pada 1980-an.
4. Profit Taking
Euforia pasar tentunya tidak akan terus menerus meningkat. Oleh karena itu, investor yang cerdas akan menangkap sinyal ketika euforia hampir di titik puncak dan mengambil keuntungan (profit taking) dengan menjual aset.
5. Panik
Ketika gelembung sudah pecah, maka terbentuk tahap panik. Harga aset akan menukik tajam. Para investor harus berhadapan dengan jatuhnya nilai kepemilikan aset. Mereka pun akan segera mencairkan aset dengan harga berapa pun. Karena pasokan mendominasi permintaan, harga aset merosot tajam.
Apakah PHK ratusan karyawan tandakan fenomena bubble burst akan terjadi kembali? Rudiantara, Ketua Dewan Pengawas Asosiasi Fintech Indonesia, menepis anggapan bahwa peristiwa ini merupakan Bubble Burst. Ia menambahkan bahwa jika pun ada kejadian-kejadian seperti PHK karyawan secara massal, itu masih merupakan hal yang wajar. Selain itu, hanya sedikit bisnis startup yang bisa sukses. Pada umumnya, sekitar 10% startup tidak dapat melewati tahun pertamanya dan 90% dari sisanya tidak dapat melewati 5 tahun pertama. Karena itulah, apa yang terjadi saat ini merupakan hal yang wajar menurut Rudi. Dapatkan info lebih lanjut dengan klik di sini