Belajar dari IKEA: Inovasi dan Tranformasi Digital itu Penting!

Siapa yang nggak tahu IKEA?

IKEA-nya sih tahu, tapi yakin tahu cerita dibalik berdirinya IKEA?

IKEA didirikan oleh seorang pemuda asal Swedia yang bernama Ingvar Kamprad. Ingvar Kamprad lahir pada 30 Maret 1926. Darah bisnis dan pengusaha mengalir kuat dalam dirinya. Keluarga Ingvar memiliki mata pencaharian sepagai pedagang. Selain itu, nenek Ingvar yang bernama Franziska Kampard merupakan perempuan hebat dan cerdas yang berhasil menyelamatkan bisnis suaminya, Achim Kamprad, yang tak lain adalah kakek Ingvar. Pada tahun 1987, usaha kakek Ingvar berada di ambang kebangkrutan karena hutang yang menumpuk. Kakek Ingvar yang frustasi pun akhirnya bunuh diri. Siapa sangka, istrinya ternyata berhasil menyelamatkan usahanya. Bagi Ingvar, sosok neneknya merupakan panutan yang mengajarkannya tentang kemauan dan ketekunan.

Siapa sangka, ternyata sosok hebat pendiri IKEA ini merupakan penderita disleksia! Walaupun secara akademis Ingvar sangat terbatas (penderita disleksia), namun bakat bisnis Ingvar sudah ia tunjukkan sedari kecil. Ia berjualan dari bolpoin hingga korek api. Di umur 10 tahun, Ingvar mulai menjual dekorasi natal, ikan, dan barang lainnya ke tetangga dan mendapatkan penghasilan dari sana.

Ingvar mendapatkan hadiah uang dari ayahnya sebagai bentuk apresiasi karena ia berhasil mendapatkan nilai yang bagus saat berumur 17 tahun. Ia menggunakan uang tersebut sebagai tambahan modal untuk bisnisnya, tempat dimana ia menjual bolpoin, dompet, dan bingkai foto. Selang beberapa waktu, ia juga mulai menjual furnitur dan membuat katalog pertamanya. Bisnis tersebut ia namakan dengan IKEA, yang berasal dari akronim untuk inisial nama depan dan belakangnya, ditambah inisial untuk nama peternakan keluarga tempat dia lahir (Elmtaryd) dan desa terdekat (Agunnaryd).

Tahun 1951, IKEA mulai membuat katalog pertamanya dengan prinsip berkualitas tetapi tetap terjangkau. Siapa sangka, toko kecil yang saat itu didirikan oleh pemuda berusia 17 tahun itu kini memiliki lebih dari 400 cabang dengan jumlah karyawan 208.000 orang dan produk sekitar 9.500!

IKEA tak hanya berpuas diri setelah berhasil menjadi perusahaan multinasional. Beberapa tahun belakangan ini, IKEA mulai melakukan transformasi digital untuk mengoptimalkan biaya operasional dan memberikan pengalaman belanja yang lebih baik untuk pelanggannya.

Di tahun 2017, IKEA juga mengakusisi Task Rabbit yang merupakan web untuk membantu pencarian orang yang dapat merakit dan mengirimkan furnitur IKEA yang dibeli pelanggan. IKEA juga memutuskan untuk mengimplementasi sistem rumah pintar/smart home. Perusahaan juga menggunakan sistem AR (Augmented Reality) untuk memudahkan pelanggan memilih furnitur dan melakukan simulasi virtual.

Di era modern ini, peran teknologi mulai bergeser, dari yang dulunya merupakan pilihan kini menjadi sebuah keharusan. Perusahaan besar pun tidak lepas dari hal ini, itulah sebabnya perusahaan sebesar IKEA pun menaruh perhatian lebih terhadap usaha mereka dalam melakukan transformasi digital. Transformasi digital bisa dilakukan mulai dari hal sederhana, contohnya dengan mengganti sistem laporan ataupun manajemen usaha yang semula manual menjadi digital. Kamu juga tidak harus membuat sistem digital tersebut dari awal. Banyak perusahaan teknologi yang menyediakan sistem profesional yang bisa langsung digunakan. Apabila kamu ingin tahu lebih lanjut, kamu bisa kunjungi Dirigo dengan klik di sini.